Dari Sanur aku berjalan tak tenggelam,
bersemayam hampir terpisah di merahnya laut karam.
Mentari siap terpecah terburai,
berserakan sinarnya akan melantun malam.
Jiwa kadang tak bisa lepas,
dari lembut pasir putih dan rindu terpanjat hingga pohon kelapa.
Asal aku terpejam,
semua jadi tampak tambah jelas.
Tentang sanubari yang gagal berlabuh dan tersesat ditumbuk karang tua.
Kenapa bayangku malah bergambar pagi di Tanjung Benoa?
Terkepung anak anak penyu yang baru belajar berenang.
Aku sangsi akan sampai juga nanti,
atas pikiranku berkemas di pantai Kuta.
Hingga berdenyut debur-debur angin memisahkan juga,
tiga antara bayangku di pulau Bali.
(David Christiyanto)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar